branda

Jumat, 14 Oktober 2016

PENYEBAB PENYAKIT HIPERTENSI

Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis di mana tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat. Kondisi ini dikenal sebagai “pembunuh diam-diam” karena jarang memiliki gejala yang jelas. Satu-satunya cara mengetahui apakah Anda memiliki hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah.
Jika Anda belum memeriksa dan tidak tahu tekanan darah Anda, mintalah kepada dokter untuk memeriksanya. Semua orang dewasa sebaiknya memeriksa tekanan darah mereka setidaknya setiap lima tahun sekali.
Hipertensi-Alodokter
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa penderita hipertensi yang berusia di atas 18 tahun mencapai 25,8 persen dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. Dari angka tersebut, penderita hipretensi perempuan lebih banyak 6 persen dibanding laki-laki. Sedangkan yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan hanya mencapai sekitar 9,4 persen. Ini artinya masih banyak penderita hipertensi yang tidak terjangkau dan terdiagnosa oleh tenaga kesehatan dan tidak menjalani pengobatan sesuai anjuran tenaga kesehatan. Hal tersebut menyebabkan hipertensi sebagai salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Risiko Mengidap Hipertensi

Penyebab hipertensi belum bisa dipastikan pada lebih dari 90 persen kasus. Seiring bertambahnya usia, kemungkinan Anda untuk menderita hipertensi juga akan meningkat. Berikut ini adalah faktor-faktor pemicu yang diduga dapat memengaruhi peningkatan risiko hipertensi.
  • Berusia di atas 65 tahun.
  • Mengonsumsi banyak garam.
  • Kelebihan berat badan.
  • Memiliki keluarga dengan hipertensi.
  • Kurang makan buah dan sayuran.
  • Jarang berolahraga.
  • Minum terlalu banyak kopi (atau minuman lain yang mengandung kafein).
  • Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras.
Risiko mengidap hipertensi dapat dikurangi dengan mengubah hal-hal di atas dan menerapkan gaya hidup yang lebih sehat. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin juga bisa membantu diagnosis pada tahap awal. Diagnosis hipertensi sedini mungkin akan meningkatkan kemungkinan untuk menurunkan tekanan darah ke taraf normal. Hal ini bisa dilakukan dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat tanpa perlu mengonsumsi obat.

Mengukur Tekanan Darah

Kekuatan darah dalam menekan dinding arteri ketika dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh menentukan ukuran tekanan darah. Tekanan yang terlalu tinggi akan membebani arteri dan jantung Anda, sehingga pengidap hipertensi berpotensi mengalami serangan jantung, stroke, atau penyakit ginjal.
Pengukuran tekanan darah dalam takaran merkuri per milimeter (mmHG) dan dicatat dalam dua bilangan, yaitu tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan darah saat jantung berdetak memompa darah keluar. Sedangkan tekanan diastolik merupakan tekanan darah saat jantung tidak berkontraksi (fase relaksasi) . Saat ini darah yang baru saja dipompa keluar jantung (tekanan sistolik), berada di pembuluh arteri dan tekanan diastolik juga menunjukkan kekuatan dinding arteri menahan laju aliran darah.
Tekanan darah Anda 130 per 90 atau 130/90 mmHG, berarti Anda memiliki tekanan sistolik 130 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Angka normal tekanan darah adalah yang berada di bawah 120/80 mmHG.
Anda akan dianggap mengidap hipertensi atau tekanan darah tinggi jika hasil dari beberapa kali pemeriksaan, tekanan darah Anda tetap mencapai 140/90 mmHg atau lebih tinggi.

Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi

Jika tekanan darah Anda tinggi, pantaulah dengan ketat sampai angka tersebut turun dan bisa dikendalikan dengan baik. Dokter biasanya menyarankan perubahan pada gaya hidup yang termasuk dalam pengobatan untuk hipertensi sekaligus pencegahannya. Langkah tersebut bisa diterapkan melalui:
  • Mengonsumsi makanan sehat.
  • Mengurangi konsumsi garam dan kafein.
  • Berhenti merokok.
  • Berolahraga secara teratur.
  • Menurunkan berat badan, jika diperlukan.
  • Mengurangi konsumsi minuman keras.
Mencegah hipertensi lebih mudah dan murah dibandingkan dengan pengobatan. Karena itu, pencegahan sebaiknya dilakukan seawal mungkin. Jika didiamkan terlalu lama, hipertensi bisa memicu terjadinya komplikasi yang bahkan bisa mengancam jiwa pengidapnya.

Gejala Hipertensi

Banyak orang mengidap hipertensi tanpa menyadarinya, karena penyakit ini cenderung tidak memiliki gejala yang signifikan. Orang dewasa harus memeriksakan tekanan darah setidaknya sekali dalam lima tahun. Namun bagi mereka yang memiliki risiko hipertensi yang tinggi, disarankan untuk menjalani pengukuran tekanan darah tiap tahun.
Dalam beberapa kasus yang langka, seseorang dengan tekanan darah yang sangat tinggi bisa mengalami gejala seperti sesak napas, sakit kepala berkepanjangan, mimisan, dan pandangan kabur atau penglihatan ganda.
Periksakan diri ke dokter secepatnya jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut. Hipertensi yang tidak segera diatasi bisa mengarah kepada penyakit serius, seperti strokedan penyakit jantung.

Hipertensi dan Kehamilan

Ibu yang sedang hamil sangat dianjurkan untuk mengukur tekanan darahnya secara teratur, meski hasilnya tidak pernah tinggi. Dengan pemeriksaan dan pemantauan yang rutin, sang ibu dapat menurunkan risiko hipertensi yang mungkin terjadi selama kehamilan.
Jika tidak diperiksakan, ibu hamil berpotensi mengalami kondisi serius yang dikenal sebagai preeklamsia. Preeklamsia akan menyebabkan gangguan pada plasenta (organ yang menghubungkan peredaran darah bayi pada sang ibu atau ari-ari)
.

Penyebab Hipertensi

Penyebab hipertensi belum bisa dipastikan pada lebih dari 90 persen kasus yang ada. Dalam kasus di mana sama sekali tidak ada penyebab atau faktor jelas, hipertensi dikenal sebagai hipertensi primer. Ada beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko Anda mengalami kondisi ini, yaitu:
  • Usia. Risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia.
  • Faktor keturunan. Orang dengan anggota keluarga yang mengidap hipertensi memiliki risiko tinggi untuk mengalami kondisi yang sama.
  • Merokok. Rokok dapat meningkatkan tekanan darah sekaligus menyempitkan dinding arteri.
  • Kelebihan berat badan atau obesitas. Kadar oksigen dan nutrisi yang dialirkan darah akan diukur oleh tubuh sesuai dengan berat badan. Berat badan yang berlebihan akan membutuhkan oksigen dan nutrisi yang lebih banyak, sehingga volume darah dibutuhkan lebih banyak. Volume darah yang meningkat akan meningkatkan tekanan darah.
  • Kurang olahraga. Orang yang jarang berolahraga cenderung memiliki detak jantung yang lebih cepat, sehingga jantung akan bekerja lebih keras. Kerja jantung lebih keras akan meningkatkan tekanan darah.
  • Kadar garam yang tinggi dalam makanan. Kadar garam yang tinggi bisa menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, yang kemudian akan meningkatkan tekanan darah.
  • Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras. Kandungan alkohol dalam minuman keras dapat memicu kerusakan pada organ jantung.
  • Stres. Tingkat stres yang tinggi berpotensi memicu peningkatan tekanan darah.
Sementara hipertensi yang disebabkan oleh kondisi dasar tertentu disebut hipertensi sekunder. Secara keseluruhan, 10 persen dari kasus hipertensi merupakan jenis sekunder. Beberapa penyebab di balik kondisi ini umumnya meliputi:
  • Diabetes.
  • Penyakit ginjal.
  • Kondisi yang memengaruhi jaringan tubuh, misalnya lupus.
  • Obat-obatan tertentu, misalnya pil kontrasepsi, analgesik atau obat pereda sakit, obat pilek, serta dekongestan.
  • Penyempitan pembuluh darah (arteri) yang mengalirkan darah ke ginjal.
  • Gangguan hormon, khususnya tiroid.

9 komentar: